Masuknya Atman kedalam kandungan

Masuknya Atman kedalam kandungan

Suatu ketika terjadi diskusi singkat antara pemuka agama,dokter dan ibu hamil di sebuah seminar. Ada yg menyatakan roh masuk ke badan janin setelah 21 hari, ada juga 3 bulan dgn mengutip ayat2 suci,dan ada juga yg menyatakan roh tdk pernah masuk ke dlm kandungan,nanti setelah bayi keluar barulah roh masuk. Ada yg mempetbolehkan aborsi sebelum janin usia 3 bulan karena belum ada kehidupan. Juga pendapat lainnya.... lalu bgmn weda menjelaskan ttg hal ini?
Klw rasanya belum sanggup menerima penjelasan dlm bhagavata purana, Silahkan di back aja....cukup baca sampai disini dan segera kembali.
Pernahkan anda menyangka bahwa Veda dalam hal ini Bhagavata Purana yang dituliskan ribuan tahun yang lalu telah menjelaskan secara detail mengenai proses terbentuk dan berkembangnya janin manusia? Uniknya, apa yang dijelaskan dalam Veda tersebut benar-benar sesuai dengan apa yang diketahui oleh kedokteran modern saat ini.
Dalam Bhagavata Purana 3.31.1 disebutkan; “,”Karmana daiva netrena jantur dehopapattaye stryah pravista udaram pumsa retah kanasrayah, dibawah pengawasan Tuhan Yang Maha Esa dan sesuai dengan perbuatan (karma)nya, sang makhluk hidup (jiva) di-masukkan ke dalam rahim sang ibu (oleh para Deva pengendali urusan material dunia  fana) melalui mani sang ayah untuk memperoleh badan jasmani baru tertentu”
Lebih lanjut dalam Bhagavata Purana 3.31.2- 4 dan 10 dijelaskan bahwa Sang Jiwa memperoleh badan jasmani dan tumbuh berkembang dalam rahim sang ibu.
Malam pertama : sang jiwa yang berada dalam mani (Sprema) sang ayah masuk ke dalam rahim ibu dan bercampur dengan sel telur (Ovum) si ibu.
Malam kelima : campuran (sprema+ovum) tersebut berubah bentuk menjadi satu gelembung
Malam kesepuluh : gelembung tersebut berubah wujud bagaikan bubur kental dan selanjutnya berangsur angsur menjadi segumpal daging
Setelah waktu sebulan: dari gumpalan daging itu terbentuk kepala
Setelah dua bulan  : dari gumpalan daging itu terbentuk tangan, kaki dan anggota badan lain
Setelah tiga bulan : terbentuk kuku, jari tangan, jari kaki, bulu badan, tulang dan kulit. Bersamaan dengan itu terbentuk pula kemaluan dan indrya jasmani lain seperti mata, hidung, telinga, mulut dan dubur/anus.
Setelah empat bulan : ramuan tubuh utama terbentuk seperti cairan perut, darah, daging, lemak, sumsum, tulang dan air mani.
Setelah lima bulan : rasa lapar dan dahaga timbul
Setelah enam bulan : janin terwujud dalam rahim dan bergeraek-gerak dibagian sisi kanan perut si ibu.
Tujuh bulan selanjutnya : kesadaran si janin berkembang.

Bhagavata Purana 3.31.5-8 menyebutkan bahwa dengan memperoleh gizi dari makanan dan minuman yang di-konsumsi si ibu, sang jiva dalam janin tumbuh didalam rahim sang ibu, tetapi  dalam kondisi sengsara karena:
Ia tinggal dalam rahim ibu bagaikan seekor burung dalam sangkar yang tidak bisa bergerak bebas
Ia tinggal dalam rahim ibu yang bagaikan ruangan amat sempit
Ia tinggal dalam rahim ibu yang amat panas dan menyesakkan. Dan ia merasakan seluruh tubuhnya seperti terpanggang oleh panasnya api pencernaan si ibu
Sang janin tidak sadarkan diri dari waktu ke waktu karena sangat menderita seperti itu
Ia tiada henti merasakan derita akibat dari makanan si ibu yang terlalu pahit, terlalu pedas atau terlalu asin atau asam
Ia benar-benar secara pisik terbelenggu/terkungkung tanpa kebebasan sedikitpun dan tanpa daya di dalam rahim dengan kepala merunduk ke arah perut. Punggung dan lehernya melengkung bagaikan busur.
Dalam Bhagavata Purana 3.31.9 – 16 menyebutkan bahwa sang makhluk hidup yang menderita dalam rahim si ibu cukup beruntung, maka ia bisa mengingat segala penderitaan yang dialaminya dalam seratuS kali penjelmaannya yang telah lewat. Dalam derita diikat oleh tujuh lapis materi (5 unsur materi kasar + pikiran dan kecerdasan), si bayi berdoa kepada Tuhan yang telah menempatkan  dirinya dalam kondisi demikian.
Ia menyatakan diri hanya ber-lindung kepada Tuhan dalam beraneka-macam inkarnasi-Nya.
Ia sadar sebagai jiva spiritual abadi yang kini dicengkram maya dan berulang-kali sujud kepada Tuhan dalam aspek Beliau sebagai Paramatma
Ia tahu bahwa dirinya terpisah dari Tuhan karena terperangkap dalam badan jasmani sehingga salah menggunakan  hidupnya
Ia sadar bahwa dirinya kini menderita di alam material karena melalaikan Beliau yang manjadi penguasa segala sesuatu
Ia berharap agar bisa kembali berhubungan dengan Tuhan Krishna dalam pelayanan bhakti kepada-Nya
Ia berjanji akan kembali berserah diri kepada Nya agar bebas dari segala macam derita.
Lebih lanjut dalam Bhagavata Purana 3.31.17- 21 dinyatakan bahwa dalam kondisi Terendam dalam genangan darah yang kotor dalam perut sang ibu, si bayi sangat ingin segera keluar dari rahim. Ia menghitung-hitung berapa bulan sudah diri nya berada dalam kondisi amat menyengsarakan seperti itu. Ia berkata,”O Tuhanku, kapankah hambamu ini, sang jiva yang sengsara, akan bebas dari kurungan derita ini?”. Dan ia juga berdoa bahwa atas karunia Tuhan, ia menyadari betul kondisi dirinya begitu menderita meskipun baru berusia 10 (sepuluh) bulan dan Ia bersyukur karena telah diberikan badan jasmani manusia, sehingga bisa menginsyafi diri (sebagai jiva abadi rohani, pelayan kekal Tuhan). Ia berkata tidak mau keluar dari rahim sang ibu meskipun  sangat menderita di dalamnya, sebab ia takut jatuh lagi  ke dalam sumur gelap kehidupan material. “Tenaga material-Mu maya akan segera menangkap diriku, sehingga  hamba menjadi tidak insyaf diri lagi begitu lahir kedunia fana,  begitu ia berkata kepada Tuhan. “Paham ke-AKU-an palsuku  akan seketika menyelimuti diriku yang merupakan awal dari siklus kelahiran dan kematian (samsara)  yang menjerat diriku”.  Ia pun berjanji, dengan bantuan kecerdasannya yang suci, akan selalu ingat pada kaki padma Tuhan agar bebas dari gelapnya kehidupan material dan siap lahir ke dunia fana.
Sedangkan dalam Bhagavata Purana 3.31.22-27 lebih lanjut dijelaskan bahwa saat sang Jiva berdoa demikian, angin yang menyebabkan proses kelahiran mendorongnya ke depan dengan kepala menghadap ke bawah. Sang bayi lahir keluar  rahim dalam kesusahan amat besar dengan kepala mengarah kebawah tanpa bernafas dan pingsan akibat penderitaan bukan kepalang. Di dunia fana, si bayi diasuh oleh orang-orang yang tidak memahami keinginannya, tidak mampu menolak apa saja yang diberikan kepada dirinya, dibaringkan di tempat kotor, dan ia tidak bisa  menggaruk tubuhnya untuk meniadakan rasa gatal, apalagi duduk,berdiri dan berjalan. Di dunia fana, si bayi yang kulitnya masih amat lembut dan halus, tidak berdaya digigit kutu, agas, nyamuk dan binatang kecil lain. Ia telah kehilangan kearifan berpikir, lupa pada hakekat dirinya sebagai sang jiva rohani abadi (karena dikhayalkan oleh maya) dan menangis dengan sangat memilukan.
Dalam Bhagavad Gita 14.5. Sri Krishna berkata,”Sattvam raja tamah iti gunaih prakrti sambhavah nibadhnanti dehe  dehinam  avyayam, begitu sang makhluk hidup (jiva) berhubungan dengan alam material, ia seketika di-cengkram (oleh maya dengan  tangan halus) Tri Guna yaitu  tiga sifat alam material sattvam (kebaikan), rajas (kenafsuan) dan tamas (kegelapan)”

Komentar

Postingan Populer